90 Persen Kebutuhan Kedelai Nasional Dipenuhi Melalui Impor

<b>Lifepod.id</b> Harga Kedelai yang rendah membuat petani Indonesia enggan menanam kedelai, selain itu tanaman pokok ini juga mudah di serang hama. Oleh sebab itu kebutuhan kedelai nasional tidak terpenuhi dan akhirnya melakukan impor.

90 Persen Kebutuhan Kedelai Nasional Dipenuhi Melalui Impor

Sudin, Ketua Komisi IV DPR RI menyoroti produksi kedelai nasional pada tahun 2021 yang hanya berkisar 240 ton. Sudin menginfokan, kebutuhan kedelai nasional sekitar 2 juta ton. Dan menurutnya, kecilnya produksi kedelai nasional disebabkan oleh petani yang tidak tertarik menanam kedelai mengingat harganya yang rendah.

Sudin menjelaskan dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR bersama Kementrian Pertanian, Senin (24/1), bahwa kebutuhan kedelai secara keseluruhan itu 7,2 ton. ada yang berupa bungkil dan bubuk. Namun kedelai segar hamper 2 juta ton. berarti 90 persen lebih adalah impor.

Sudin mengajak Kementerian Pertanian mencari solusi bersama atas rendahnya produksi nasional. Menurutnya, dengan memastikan harga kedelai yang layak, dia yakin dengan harga yang disampaikan pemerintah yakni Rp 8.500 per kilogram, petani pasti bersedia untuk menanam padi dan produktifitas kedelai meningkat.

Disisi lain, Endang Setyawati Anggota Komisi IVI mengimbau Kementrian Pertanian agar mencari tanaman pengganti kedelai, misalnya kacang koro pedang yang tumbuh dengan baik di Jawa Timur.

"Kami ingin mengimbau Dirjen Tanaman Pangan, banyak sekali tanaman lokal yang bisa menjadi substitusi kedelai. Ini belum pernah diperhatikan pemerintah," jelas Endang Setyawati.

Dia juga menyoroti nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan yang masih dibawah 100, walaupun secara umum NTP mengalami peningkatan. Endang mengatakan sebab, ujung tombak dalam ketersediaan pangan nasional adalah para petani tanaman pangan.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian mengiyakan pemenuhan kedelai nasional yang masih bergantung kepada impor dan harga yang rendah membuat petani tidak tertarik untuk menanam kedelai.

Sebab katanya, kedelai juga sangat rentan dengan serangan hama dan berefek pada produktifitas kedelai lokal. Tantangan lainnya adalah soal anggaran tanaman pangan yang selalu turun setiap tahunnya. "Persoalannya ada di anggaran yang terus turun. Tanaman pangan itu dari Rp5 triliun turun menjadi Rp3 triliun, menjadi Rp2 triliun lalu tinggal Rp 1,7 triliun," tutur Syahrul Yasin Limpo dalam rapat kerja.

Syahrul menjelaskan Kembali, jika harga kedelai akan mengalami kenaikan. Akan tetapi dia klaim bahwa Kementrian Pertanian akan mengatasi persoalan ini. Tetapi, dia meminta DPR dapat mendampingi pihaknya untuk membentuk gugus tugas dalam mencari solusi bersama untuk persoalan kedelai ini.

Informasi sebelumnya, dalam informasi tertulis pada (19/01), Oke Nurwan selaku Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementrian Perdagangan dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah akan menjamin stok kedelai saat ini cukup dan aman untuk memenuhi kebutuhan nasional, khususnya untuk para pengrajin tahu dan tempe nasional, walaupun harga kedelai dunia masih sangat tinggi.

Oke melanjutkan, peningkatan harga tinggi di dunia disebabkan karena negara produsen kedelai, seperti Argentina dan Brasil, terdampak cuaca ekstrem. Dan terdapat pembelian kedelai dalam skala besar dari Amerika Serikat dan China setelah badai ida berakhir.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada minggu kedua Januari 2022 sekitar USD 13,77/bushels atau setara USD 505/ton naik dari kondisi minggu pertama Januari 2022 yaitu USD 13,15/bushels atau setara USD 483/ton. Sementara harga di tingkat importir diperkirakan Rp9.300 per kilogram.

Sumber: VOA Indonesia 

Baca Juga: