Alasan Telegram jadi Rumah ‘Menarik’ Bagi Hacker Dark Web

<b>Lifepod.id</b> - Setelah isu buruk tentang Whatsapp beredar, banyak orang berbondong-bondong berpindah ke Telegram. Sayangnya hal tersebut malah dijadikan penyalahgunaan kejahatan online.

Alasan Telegram jadi Rumah ‘Menarik’ Bagi Hacker Dark Web

Popularitas aplikasi ini telah meningkat karena menawarkan fitur privasi yang dinilai aman oleh masyarakat serta fitur lainnya yang mudah digunakan.

Sayangnya keamanan aplikasi yang ditawarkan oleh Telegram tersebut malah dijadikan penyalahgunaan kejahatan online.

 

Penelitian Cyberint

Seperti dalam studi terbaru yang dilakukan Cyberint, sebuah perusahaan keamanan siber menyatakan bahwa Telegram menjadi sarang menarik bagi para penjahat dunia maya. Telegram menunjukkan pertumbuhan jaringan peretas yang membagikan kebocoran data pada aplikasi perpesanan terenkripsi 

Investigasi oleh kelompok intelijen siber Cyberint, bersama dengan Financial Times, menemukan jaringan besar peretas yang berbagi kebocoran data di platform perpesanan Telegram, lewat saluran dengan puluhan ribu pelanggan. 

“Kami baru-baru ini menyaksikan peningkatan 100 persen lebih dalam penggunaan Telegram oleh penjahat dunia maya,” kata Tal Samra, analis ancaman dunia maya di Cyberint. 

“Layanan pesan terenkripsinya semakin populer di kalangan pelaku ancaman yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian . . . karena lebih nyaman digunakan daripada web gelap.” 

 

Kenapa Peretas Memilih Telegram?

Peretas banyak memilih pindah ke Telegram karena Dark Web tidak bisa diakses sembarang orang dan sangat tertutup rapat bagi orang luar. Sedangkan untuk aplikasi Telegram orang-orang dengan mudah bisa mengunduhnya dan melakukan obrolan ‘rahasia’ dengan privasi end-to-end encryption. 

“Layanan pesan terenkripsinya makin populer dikalangan pelaku ancaman siber yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian. Hal ini karena (aplikasi tersebut) lebih nyaman digunakan daripada Dark Web,” kata Tal Samra.

Menurut Cyberint, peretas yang membagikan daftar email dan kata sandi yang dicuri meningkat empat kali lipat selama setahun terakhir menjadi hampir 3.400. Dalam satu saluran Telegram publik yang disebut “combolist”, yang memiliki lebih dari 47.000 pelanggan, peretas tersebut menjual atau sekadar mengedarkan dump data besar dari ratusan ribu nama pengguna dan kata sandi yang bocor.

Salah satu saluran hacker yang sudah dihapus Telegram bernama ‘Combolist’, mereka berhasil menjual dan membagikan dump data yang mereka miliki. Saluran ini memiliki anggota sebanyak 47 ribu orang saat Telegram menghapusnya.

Telegram menghapus saluran tersebut setelah dihubungi oleh Financial Times. Pihaknya juga mengklaim jika mereka memiliki kebijakan menghapus data pribadi yang dibagikan tanpa persetujuan.

 

Data yang Diperjualbelikan di Telegram

Selain kebocoran data kata sandi email yang menjadi aktivitas yang mengkhawatirkan di pasar Telegram. Jenis data lain yang diperdagangkan di Telegram termasuk data keuangan seperti informasi kartu kredit, salinan paspor dan kredensial untuk rekening bank dan situs seperti Netflix.

Selain itu para penjahat online di Telegram juga membagikan perangkat lunak berbahaya, link, dan panduan peretasan melalui aplikasi Telegram, kata Cyberint. 

 

Baca Juga : Microsoft Rilis Windows 11, 5 Oktober Nanti

Baca Juga : Tidak Terlalu Laku, Twitter Putuskan Hapus Fleet