Berbagai Dukungan Bagi Demonstran di AS

Lifepod.id - Perusahaan-perusahaan AS dengan berbagai sektor teknologi, perbankan, busana dan hiburan mengeluarkan pesan dukungan bagi mereka yang berdemonstrasi menentang perlakuan polisi terhadap warga kulit hitam.

Berbagai Dukungan Bagi Demonstran di AS
Img. Ilustrasi : Pixabay

Lifepod.id - Perusahaan-perusahaan AS dengan berbagai sektor teknologi, perbankan, busana dan hiburan mengeluarkan pesan dukungan bagi mereka yang berdemonstrasi menentang perlakuan polisi terhadap warga kulit hitam.

“Saya terkejut oleh banyaknya eksekutif yang berbicara lantang untuk pertama kalinya,” kata Kellie McElhaney, profesor di Haas School of Business di UC Berkeley dan pendiri Center for Equity, Gender and Leadership di fakultas tersebut.

Apa yang menggerakkan mereka berbicara, lanjutnya, adalah kebrutalan yang tampak dalam video di mana seorang polisi di Minneapolis menindih leher belakang George Floyd yang akhirnya tewas.

Perusahaan-perusahaan itu “dikelola oleh manusia,” kata McElhaney. Mereka memiliki pegawai, eksekutif, pelanggan kulit hitam dan kulit berwarna lainnya. Menurutnya, jelas ada risiko dalam menyampaikan pesan dukungan tetapi manfaatnya jauh melampaui risiko itu.

Netflix menulis cuitan “Membungkam artinya terlibat,” seraya menambahkan “kita memiliki kewajiban untuk berbicara bagi para anggota, pegawai, kreator dan para seniman kulit hitam kita.”

Google menambahkan pada laman pencari utamanya, “Kami mendukung kesetaraan ras, dan mereka semua yang mengupayakannya.”

Twitter mengubah akun Twitternya dengan menulis #BlackLivesMatter.

CEO Microsoft Satya Nadella mengajak para pegawai untuk bergabung bersamanya dan semua orang di tim pimpinan senior, dalam mendukung perubahan di “perusahaan kita, di komunitas kita, dan di dalam masyarakat secara keseluruhan.”

Selain itu ribuan orang di Selandia Baru, Senin (1/6) berpawai sebagai unjuk solidaritas dengan pengunjuk rasa di Amerika Serikat yang memprotes kematian George Floyd, lelaki kulit hitam yang tewas di tangan polisi.

Demonstran di Auckland berpawai menuju Konsulat AS dan meneriakkan slogan-slogan yang biasa dikemukakan pada protes-protes di Amerika, termasuk “Black Lives Matter” dan “tak ada keadilan, tak ada kedamaian.”

Demonstrasi hari Senin (1/6) menyusul unjuk rasa serupa hari Minggu (31/5) di Inggris, Brazil, Kanada dan berbagai negara lainnya.

Baca Juga : Twitter Labeli Kicauan Trump!
Baca Juga : Inggris Blacklist Huawei Untuk 5G


Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di tengah kota London untuk menyuarakan dukungan mereka bagi demonstran di AS yang mengecam perilaku polisi sejak kematian Floyd pekan lalu di Minneapolis, Minnesota.

Floyd tewas setelah Derek Chauvin, polisi kulit putih, menindihkan lututnya ke leher Floyd selama lebih dari delapan menit, meskipun Floyd berulang kali mengatakan ia tak dapat bernafas.

Demonstran di Denmark berpawai menuju Kedutaan Besar AS di Kopenhagen pada hari Minggu, sembari membawa poster dengan pesan-pesan seperti “Berhenti Membunuh Orang Kulit Hitam.” Di Jerman, demonstran membawa poster-poster bertulisan, “Tangkap Polisi yang Bertanggung jawab,” dan “Siapa yang Harus Dipanggil sewaktu Polisi Membunuh?”

Di negara-negara dengan pemerintah yang otoriter, para pejabat mengkritik tindakan polisi, sementara media pemerintah memperlihatkan berbagai demonstrasi dalam konteks pemerintah AS yang mengeluhkan tindakan keras terhadap demonstran di negara-negara lain, seperti perlakuan China terhadap demonstran prodemokrasi di Hong Kong.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Senin (1/6) mengemukakan dalam keterangan pers bahwa kerusuhan itu menunjukkan “parahnya masalah rasisme dan kekerasan polisi di AS.”

Ini menyusul komentar Hu Xijin, redaktur surat kabar Global Times yang dikelola Partai Komunis China, yang mengatakan para pejabat AS kini dapat melihat protes-protes itu dari sudut pandang mereka sendiri. “Saya ingin bertanya kepada ketua DPR Nancy Pelosi dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo: Haruskah Beijing mendukung protes-protes AS, seperti ketika Anda memuji-muji para perusuh di Hong Kong?.”

Di Iran, di mana pemerintah dalam beberapa tahun ini telah melancarkan penumpasan keras terhadap para demonstran, televisi pemerintah berulang kali menayangkan gambar-gambar mengenai kerusuhan di AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi hari Senin meminta pihak berwenang AS untuk “menghentikan kekerasan terhadap rakyat mereka sendiri dan membiarkan mereka bernafas."