Penelitian di Hong Kong Akui Vaksin Pfizer Lebih Manjur dari Sinovac

<b> Lifepod.id </b> - Dalam sebuah penelitian di Hong Kong mengungkap, jumlah antibodi yang dihasilkan vaksin aktif mRNA Pfizer-BioNTech 10 kali lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac Biotech.

Penelitian di Hong Kong Akui Vaksin Pfizer Lebih Manjur dari Sinovac

 

Dikutip dari VOI Indonesia, penelitian University of Hongkong (HKU) ini dipublikasikan di jurnal medis ‘The Lancet’, Kamis(15/07/2021), yang mengamati jumlah antibodi di antara 1.442 petugas kesehatan Hong Kong yang telah divaksin dengan vaksin aktif Pfizer.

Dalam jurnal tersebut mempresentasikan data yang dikumpulkan dari 93 orang. Di antara kelompok 93 orang yang berusia antara 26 hingga 65, tahun, 63 divaksinasi Pfizer sedangkan 30 sisanya diberi Sinovac.

Hasil dari tes ELISA yang mengukur antibodi yang mengikat virus dan tes sVNT untuk mengukur antibodi yang menetralisir virus hasil dari vaksinasi menunjukkan tingkat antibodi penerima Pfizer meningkat setelah dosis pertama. Kemudian meningkat lagi setelahnya pada dosis kedua.

Sementara itu, tingkatan bagi yang menerima vaksin Sinovac masing-masing naik dari rendah ke sedang setelah dosis pertama dan kedua.

Kesimpulan lainnya yang bisa diambil adalah antibodi rata-rata orang yang menerima vaksin Pfizer lebih tinggi 10 kali daripada orang yang menerima vaksin Sinocar.

Sementara, antibodi penangkal penyakit tidak menjelaskan gambaran lengkap dalam mengukur kemampuan untuk menghasilkan kekebalan dan efektivitas vaksin COVID-19.

“Perbedaan konsentrasi antibodi penetral yang diidentifikasi dalam penelitian kami dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dalam efektivitas vaksin," kata para peneliti seperti mengutip The Straits Times, Jumat(16/07/2021).

Tidak disebutkan juga dalam penelitian ini terkait dengan varian Delta. Meski terdapat perbandingannya, namun kedua vaksin tetap diyakini dalam menjelang seseorang mengalami gejala berat apabila terinfeksi oleh vaksinasi COVID.

“Tetapi vaksin Pfizer-BioNTECH akan lebih cocok untuk mengurangi risiko infeksi bagi orang-orang disekitarnya,” kata salah satu peneliti, Benjamin Crowling.

 

Baca juga: Vaksinasi Berbayar Resmi Dibatalkan Pemerintah

 

Keunggulan Vaksin mRNA Pfizer

Temuan penelitian di Hong Kong ini menambah semakin banyak bukti yang menonjolkan vaksin mRNA. Vaksin aktif tersebut terbukti memberikan perlindungan lebih terhadap Sars-CoV-2 dan variannya, dibandingkan dengan metode suntikan yang tidak aktif.

Negara-negara seperti Israel hingga Amerika Serikat yang sebagian besar mengandalkan vaksin mRNA dari Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech, serta Moderna, mengalami penurunan kasus infeksi COVID-19 yang signifikan.

Sedangkan negara yang sebagian besar mengandalkan vaksin tidak aktif Sinovac dan Sinopharm China, tidak mengalami banyak penurunan dalam jumlah kasus, meskipun penggunaan kedua jenis tersebut telah secara signifikan mencegah kasus dan kematian COVID-19 yang lebih parah.

Efektivitas yang lebih rendah dari vaksin tidak aktif membuat negara-negara seperti Thailand jika Uni Emirat Arab menawarkan suntikan booster lain kepada orang-orang yang telah mendapat vaksinasi penuh.

Komite Ilmiah Pusat Perlindungan Kesehatan Hongkong akan bersidang minggu depan untuk membahas apakah perlu suntikan booster ketika bagi penerima vaksin Pfizer. Namun menurut Ketua Komite Lau Yu-long menilai orang yang divaksinasi dengan Pfizer tidak perlu booster tambahan.

Sementara itu, studi Hong Kong juga menyarankan agar penelitian di masa depan bisa mengamati suntikan booster yang dapat menopang tingkat antibodi dan perlindungan di antara orang-orang.

 

Baca juga: AS Akan Segera Kirim 4 Juta Dosis Vaksin Moderna ke Indonesia