Suksesnya Brand Lokal Erigo Yang Sudah Sampai ke Negeri Paman Sam

<b> Lifepod.id </b> - Brand fashion Erigo ini belum lama meramaikan dunia media sosial. Warganet Tanah Air sedang ramai berbincang tentang menyampaikan dukungan mereka usai iklan produk brand fesyen tersebut dipajang di Time Square, New York, Amerika Serikat (AS).

Suksesnya Brand Lokal Erigo Yang Sudah Sampai ke Negeri Paman Sam

 

Pemilik brand fashion Erigo Store ini rela meninggalkan pendidikannya di bangku kuliah dan melupakan gelar S1 demi untuk mengembangkan bisnis yang sudah diimpikannya sejak lama.

Sejak masih menempuh pendidikan di SMA, Sadad mengaku ketertarikannya pada dunia bisnis

Namun, pada 28 November 2010 saat dirinya sudah berkuliah, Sadad baru bisa mewujudkan mimpinya untuk menjalankan bisnis sendiri. 

Saat itu, Sadad membuat sebuah brand bernama Selected and Co. Namun, brand tersebut sudah dimiliki pebisnis lain sehingga mau tak mau ia harus menggantinya. 

Pada Juni 2013, saat itulah tercetus nama Erigo.

Untuk diketahui, Time Square merupakan persimpangan jalan di Manhattan, New York City, AS yang mempertemukan Broadway Avenue dengan Seventh Avenue. Persimpangan jalan ini juga merupakan pusat komersial, hiburan, dan destinasi ikonik bagi turis yang datang ke AS.

Iklan tersebut bertujuan mengumumkan peluncuran brand Erigo untuk konsumen di AS. Erigo akan memperluas pasar ke AS mulai 4 April 2021.

Berempati dengan situasi saat ini, melalui iklan tersebut, Erigo turut mengusung kampanye #StopAsianHate—gerakan anti kekerasan etnis yang diberikan pada warga Asia di AS. 

Keberhasilan Erigo dalam memperkenalkan diri dan memperluas pasar ke Negeri Paman Sam menjadi salah satu bukti bahwa produk lokal Indonesia punya potensi di mancanegara. Kisah sukses Erigo dapat menjadi inspirasi bagi wirausaha lokal untuk melebarkan sayap.

Perjalanan bisnis Erigo dimulai pada 2011. Muhammad Sadad pertama kali merintis bisnis fesyennya tersebut di kamar bertipe studio yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Saat itu, Sadad masih melakukan segala sesuatunya sendirian, tanpa dibantu oleh tim atau karyawan tetap.

Pada saat itu, Sadad juga belum menggunakan nama Erigo sebagai identitas produknya. Nama Erigo baru dipilih Sadad pada 2013 karena label yang ia gunakan saat itu ternyata hampir serupa dengan merek kompetitor. Adapun produk yang dijual pada masa itu berkonsep batik dan ikat.

Di usia bisnis yang masih seumur jagung, Erigo sudah mengalami pasang-surut. Sebagai contoh, bermaksud dapat untung dengan rela menggelontorkan banyak uang demi memasarkan dan menjual produk-produknya, malah buntung yang dibawanya pulang.

“Kami sempat rugi. Jadi, kayak pameran di Malaysia, (biaya) operasional sampai 25 juta, omzet cuma 5 juta. Terus, pameran di Surabaya, Makassar, itu bener-bener rugi. Jadi, kenapa gue ngundurin diri dari kuliah karena saat itu utang gue udah numpuk. Ini harus gue selesaikan,” terang Sadad ketika ditemui tim KoinWorks baru-baru ini.

Meski begitu, penjualan online melalui situs web ternyata belum cukup menghasilkan. Sebaliknya, penjualan offline lebih diminati masyarakat. Menyadari hal tersebut, Sadad pun memberanikan diri untuk berpartisipasi di acara JakCloth pada pertengahan 2013.

Guna menekan biaya operasional, Sadad ikut turun tangan dalam setiap kegiatan lapangan Erigo. Ia bahkan rela tidur di musholla mal dan mandi di pom bensin, saat memperkenalkan brand yang ia bangun lewat acara-acara offline. Semua ia lakukan demi membesarkan nama Erigo.
 

Baca Juga: Bangga! Greysia dan Apriyani Raih Emas di Olimpiade Tokyo 2020