Tahun 2026 Indonesia Tidak Perlu Impor BBM Lagi, Apa benar?

Lifepod.id - Dalam meningkatkan ketahanan energi nasional, PT Pertamina (Persero) tengah berupaya membangun 2 kilang minyak baru (Grass Root Refinery/GRR) di Bontang dan Tuban, serta pengembangan kapasitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) eksisting di Dumai, Balikpapan, Balongan dan Cilacap.

Tahun 2026 Indonesia Tidak Perlu Impor BBM Lagi, Apa benar?
Img. SPBU Pertamina / Wikipedia doc.

Lifepod.id - Dalam meningkatkan ketahanan energi nasional, PT Pertamina (Persero) tengah berupaya membangun 2 kilang minyak baru (Grass Root Refinery/GRR) di Bontang dan Tuban, serta pengembangan kapasitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) eksisting di Dumai, Balikpapan, Balongan dan Cilacap.

Dengan terbangunnya proyek-proyek tersebut, Indonesia akan terbebas dari impor BBM pada tahun 2026. Mohammad Hidayat sebagai Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas dalam diskusi virtual yang digelar oleh PEM AKAMIGAS Kementerian ESDM, Kamis (28/5), mengungkapkan, pada tahun 2019, Indonesia masih mengimpor BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 24,7 juta KL atau 33%.

Sedangkan produksi BBM dari kilang dalam mencapai 50,9 juta KL atau 67%. Pada tahun 2020-2021, produksi BBM diperkirakan stagnan, namun kebutuhan terus meningkat. "Dua tahun pertama, produksi BBM dari kilang-kilang dalam negeri masih stagnan. Sementara demand terus tumbuh dan mengacu pada pertumbuhan ekonomi, demand tumbuh 3,16% per tahun," kata dia.

Baca Juga : Presiden Himbau Tetap Optimistis Lawan Pandemi
Baca Juga : Corona Segera Lenyap Akhir 2020, Pariwisata akan Booming 2021


Tahun 2022 diperkirakan ada tambahan produksi BBM dari RDMP Balongan. Saat itu, impor BBM diperkirakan 25,9 juta KL dan produksi BBM dalam negeri sebesar 47,8 juta KL. Kebutuhan BBM diperkirakan 74,7 juta KL. Rampungnya RDMP Balikpapan tahun 2023, menyumbang tambahan produksi BBM sehingga total produksi mencapai 57,5 juta KL dan impor turun tipis menjadi 25 juta KL. Kebutuhan BBM diproyeksikan sebesar 77,3 juta KL. Untuk tahun 2024, kebutuhan BBM diperkirakan 80 juta KL, produksi BBM tetap 57,5 juta KL dan impor 25,9 juta KL.

Impor BBM turun drastis tahun 2025 di mana kebutuhan BBM diperkirakan 82,5 juta KL, sementara produksi BBM mencapai 68,1 juta KL dan impor 13,4 juta KL. Penurunan impor ini lantaran terdapat tambahan produksi BBM dari GRR Bontang. "Tahun 2026, diharapkan ada tambahan produksi dari RDMP Cilacap dan GRR Tuban. Dengan rampungnya pembangunan RDMP dan GRR ini, kita tidak perlu impor BBM lagi," ujar Hidayat.

PT Pertamina (Persero) menegaskan, meskipun dunia masih dilanda pandemi Covid-19, penurunan demand BBM dan tekanan terhadap nilai kurs rupiah, Pertamina tetap fokus untuk menuntaskan proyek strategis nasional yang merupakan amanah dari Pemerintah, termasuk pembangunan kilang Cilacap sebagai bagian dari proyek RDMP/GRR.

Pertamina akan memaksimalkan dan mengoptimalkan penyelesaian proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru agar dapat selesai sesuai target waktu yang ditetapkan. Jika proyek ini rampung, nantinya kilang yang saat ini berkapasitas 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel perhari sehingga kebutuhan BBM dapat terpenuhi tanpa perlu impor.

“Dengan penuntasan RDMP/GRR, Pertamina berharap dapat memenuhi target Pemerintah untuk menyetop impor BBM pada tahun 2026,” imbuhnya. Saya pribadi sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh pemerintah, apalagi dampaknya agar Indonesia lebih maju. Semoga saja terealisasikan dengan nyata. (izzan)