Mengenal Fenomena La Sape di Kongo, Rela Tak Makan Asal Bergaya Mewah

<b>Lifepod.id</b> Sebuah fenomena unik ditemukan di Kongo. Di negara itu, ada sebuah komunitas fesyen yang disebut La Sape. Komunitas ini dikenal karena pilihan hidupnya yang ekstrem, mereka rela hidup susah asal bisa tampil fashionable.

Mengenal Fenomena La Sape di Kongo, Rela Tak Makan Asal Bergaya Mewah
Sumber : arn24.news

Dari mana asal-usul La Sape?

La Sape adalah singkatan dari Société des ambianceurs et des personnes elegantes atau yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Society of Atmosphere-setters and Elegant People.

Asal-usul La Sape diyakini bermula di awal abad ke-20 di masa penjajahan Belgia-Prancis di mana budak Kongo bekerja untuk mendapatkan pakaian bekas.

Di luar jam kerja, para pria Kongo mulai berpakaian seperti "pria Prancis" yang fashionable, ditandai dengan pakaian warna-warni, sepatu mewah, aksesoris seperti topi bowler, tongkat, dan kacamata hitam. Mengenakan pakaian seperti itu, mereka merasa keren dan mendapatkan energi serta kegembiraan.

Orang-orang ini disebut sapeurs ( atau sapeuses bagi perempuan). Pada saat itu, La Sape adalah bentuk ekspresi sosial dari orang-orang yang pernah dijajah. Sapeurs menggunakan gerakan ini sebagai pelarian dari kesengsaraan mereka, yang kemudian menjadi inspirasi bagi komunitas lain.

Namun, mengutip Al Jazeera, saat ini La Sape adalah ideologi gerakan tentang menjadi bahagia dan elegan bahkan jika seseorang sebenarnya kekurangan makan.

Namun, La Sape lebih dari sebuah subkultur. Ini adalah bagian penting dari budaya Kongo. Bahkan, para politisi dan musisi menghormati gerakan ini.

"Bagi saya, La Sape hanyalah tentang kebersihan: Saya merasa nyaman dengan setelan Ozwald Boateng saya, jadi saya memakainya," kata Aime Champaigne, salah satu pengikut gerakan La Sape.

Namun demikian, orang Kongo yang skeptis tentang La Sape mendefinisikan gerakan ini sebagai obsesi - kecanduan yang tidak dapat dihentikan bahkan jika Anda merasa itu salah.

Baca Juga :