Review Film “Jendela Seribu Sungai”

Lifepod.id - "Jendela Seribu Sungai" merupakan film garapan sutradara Jay Sukmo yang akan tayang 20 Juli mendatang. Gala premier film ini sudah dilakukan kemarin (17/07). Berlatar Banjarmasin, penulis menilai film ini berhasil mengangkat budaya serta memberikan pandangan baru mengenai kota seribu sungai ini!

Review Film “Jendela Seribu Sungai”
Foto: IMDb

Jendela Seribu Sungai merupakan film persembahan Radepa Studio dengan Pemerintah Kota Banjarmasin. Film ini disutradarai oleh Jay Sukmo dan merupakan adaptasi dari novel karya Miranda Seftiana.

Jendelas Seribu Sungai dibintangi oleh Bimasena (Arian kecil), Sheryl Drisanna (Bunga), Halisa Naura (Kejora), Agla Artalidia (Bu Sheila), Ajil Ditto (Arian Dewasa), Ariyo Wahab (Ayah Arian), Ibrahim ‘Baim’ Imran (Ayah Kejora), dan Olla Ramlan (Ibu Arian).

Film ini akan tayang di seluruh bioskop pada 20 Juli 2023. Namun, gala premier film ini telah dilakukan kemarin (17/06) di XXI Plaza Senayan.

Berlatar belakang Banjarmasin yang terkenal dengan sungainya, tak heran dari awal hingga akhir scene banyak diperlihatkan keindahan sungai yang ada di sana.

Banyak sorotan kamera dari atas sehingga penonton akan kagum melihat kota Banjarmasin seperti diajak “jalan-jalan” ke kota seribu sungai tersebut yang mungkin mayoritas penonton belum pernah kesana.

Yang menjadi daya tarik bagi penulis adalah penerapan bahasa lokal yang digunakan oleh setiap karakternya. Namun, penulis yakin penonton tetap mengerti maksud percakapan pada film tersebut tanpa melihat “subtitle”.

Apabila film ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Kota Banjarmasin, maka Jay Sukmo dan tim berhasil melakukannya. Kekentalan adat terasa dari mulai keinginan orangtua yang masih terbilang “kolot”, masih percaya akan obat-obat yang langsung dicari dari alam, serta penggunaan alat musik karinding.

Dibandingkan menggunakan alat modern seperti “smartphone”, film ini memberikan opsi lain bahwa anak-anak bisa “have fun” dengan menari daerah, memainkan alat musik daerah, bermain di sungai menggunakan perahu. Hal ini merupakan sisi lain yang jarang dilihat di kota besar seperti DKI Jakarta.

Penulis pun juga dibuat kagum dengan dedikasi karakter Bu Sheila dalam mendukung cita-cita muridnya. Muncul di benak penulis pertanyaan “apakah karakter guru seperti Bu Sheila ini dapat ditemui dunia nyata?”, mungkin seseorang akan sangat beruntung apabila mempunyai guru seperti Bu Sheila.

Secara keseluruhan, film ini layak dan menarik untuk ditonton di tengah-tengah film dengan genre yang sangat variatif. Dengan menonton film “Jendela Seribu Sungai” diharapkan dapat membuka semangat baru untuk mereka yang sedang tertatih menggapai cita-citanya. 

Baca Berita dan Artikel yang lain :