Detoks Media Sosial untuk Hidup Lebih Sehat dan Bahagia

Lifepod.id - Media sosial itu bikin hidup lebih simple, efisien waktu, tenaga dan tetap menjaga keamanan untuk diri pribadi dan orang lain. Tapi ternyata bukan cuma manfaat lho dari sosial media, ada juga akibat buruknya.

Detoks Media Sosial untuk Hidup Lebih Sehat dan Bahagia
https://catchvuca.at/

Kehidupan yang dijalani kebanyakan orang pada saat ini, benar-benar terbagi dua, dunia nyata dan dunia maya. Media Sosial, dengan pengguna yang sudah mencapai angka 2 milyar membuat orang terkoneksi lebih banyak melalui gawai masing-masing. Dunia virtual begitu membius kebanyakan orang, hingga membuat aktivitas lebih banyak dihabiskan hanya di satu tempat. Alasan mager sudah jadi makanan sehari-hari, apalagi semenjak pandemi dan terbiasa work from home. Kebiasaan yang paling banyak dialami adalah frekuensi melirik ke gadget untuk mengecek akun sosial media kita, walaupun ditengah-tengah pertemuan penting.

Bener banget sih Sobat Lifepod kalau  media sosial itu bikin hidup lebih simple, efisien waktu, tenaga dan tetap menjaga keamanan untuk diri pribadi dan orang lain. Tapi ternyata bukan cuma manfaat lho dari  sosial media, ada juga akibat buruknya.  Bayangkan kalau pagi hari ketika bangun tidur, yang dicari pertama kali selalu saja Handphone. Kebiasaan mengucap syukur ketika bangun tidur pagi hari terlupakan karena sibuk mencari handphone. Kesegaran pikiran ketika bangun tidur, buyar karena kesal setelah membaca banyak hal negatif yang tidak penting.

Kepo Tingkat Dewa

Ini yang banyak terjadi karena adanya Social Media. Serasa ketinggalan jaman saat tidak mengetahui perkembangan sosok-sosok idola dengan postingan-postingan baru mereka. Harus selalu cari tau dan paling cepat memberikan komentar ketika teman meuliskan status, atau post foto di sosmed. Gaya orang yang tingkatan keponya sudah sangat tinggi, biasanya sudah laksana seorang detektif. Sibuk memantau kehidupan orang lain, baik yang dikenal maupun orang asing. Diperparah lagi dengan memberikan komentar tak mendasar atas postingan tersebut.

image : pexels.com

Cari Perhatian Berlebihan

Demi mendapatkan tanda Like banyak, Setiap posting foto selalu melewati proses edit dengan filter-filter yang tersedia. Jadilah tampilan foto sudah jauh dengan sosok aslinya. Ditambah lagi dengan tambahan caption berlebihan, dan terlalu dilebih-lebihkan. Misalkan makanan yang rasanya biasa saja, tapi tetap diberika caption “Yummy...”. Atau bahkan foto di edit dengan latar berubah menjadi menara eiffel, atau maldives, atau lokasi wisata lainnya  demi semua melihat dan menyukai foto rela membuat diri sendiri terkurung halusinasi.

image : pexels.com

Ada pula yang sibuk curhat di media sosial, pasang status kesedihan, kemalangan, bahkan kebencian demi mendapat dukungan dari kawan-kawan social media. Melewati batasan-batasan kebutuhan konsumsi publik yang akhirnya menyentuh semua lini ranah pribadi. Padahal hal tersebut bisa menjadi bumerang terhadap diri sendiri, karena sudah terekposnya apapun yang terjadi dan bahkan sikap terhadap satu hal.

Detoks Social Media

Dari Greatmind.id disebutkan: Setelah merefleksikan kembali semua aktivitas dunia maya kita seharusnya kini bisa lebih bijaksana untuk menggunakan akun-akun tersebut. Mendefinisikan kebahagiaan diri dengan hal-hal yang riil. Hal-hal positif yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Hakikatnya, detoksifikasi media sosial sangat penting kita lakukan secara rutin. Misalnya seminggu sekali sama sekali tidak membuka media sosial dan mengganti hari tersebut dengan mengajak orang tua pergi makan di luar bersama. Atau jika ingin lebih aktif lagi secara sosial jadilah sukarelawan di hari-hari detoks media sosial. Buatlah kebahagiaan yang konkret di dunia nyata.

image : beebom.com

Baca Juga :