Epidemiolog: Indonesia Berpotensi Mengalami Gelombang Ketiga COVID-19

<b>Lifepod.id</b> Masih belum selesai pandemi di dunia. Adanya varian baru yang lebih cepat menyebar dari varian lain yaitu Omicron mengharuskan kita lebih waspada, sebab bagi masyarakat yang sudah divaksin pun kemungkinan terinfeksi, sebab memiliki imunitas yang rendah setelah lima bulan vaksin lengkap. Dan kajian dari Epidemiolog Indonesia sangat berpotensi untuk mengalami gelombang ketiga covid-19

Epidemiolog: Indonesia Berpotensi Mengalami Gelombang Ketiga COVID-19

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan bahwa gelombang ketiga kasus COVID-19 berpotensi terjadi di Indonesia.

Mengutip dari Antara pada Ahad (23/01), Dicky Budiman mengatakan bahwa potensi gelombang tiga sangat jelas. Sebab adanya kelompok masyarakat yang belum memiliki imunitas atau meski sudah memiliki imunitas, imunitasnya menurun.

Dicky melanjutkan, berdasarkan pada kajian, imunitas yang didapat dari vaksinasi COVID-19 terbukti menurun setelah lima bulan usai vaksinasi lengkap.

"Tidak ada yang bertahan lama, itu faktanya. Karena itulah potensi adanya lonjakan kasus yang disebabkan Omicron sudah sangat jelas. Apalagi, kecepatan infeksinya lebih cepat dibandingkan Delta," jelasnya.

Dan untuk merespon varian Omicron pemerintah tidak boleh lengah terhadap aspek pengujian dan pelacakan.

Dicky menjelaskan Kembali, hal ini tidak boleh diabaikan, sebab tanpa adanya dektesi dini yang kuat, sangat sulit untuk memutus transmisi. Dan memutus transmisi harus dengan menemukan kasus-kasus infeksinya dan kasus-kasus kontaknya, dengan itu mereka bisa menjalani isolasi atau karantina yang efektif. Kemudian, tingkatkan peaksanaan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

Dicky mengatakan bahwa varian Omicron tidak bisa dianggap remeh, karena masuk dalam variant of concern (VOC). "Jadi, segala narasi meremehkan itu berbahaya, Omicron terlihat ringan karena adanya vaksinasi dan imunitas," tuturnya.

Secara terpisah, epidemiolog dari Universitas Andalas, Defriman Djafri meminta pemerintah untuk memasifkan skrining, pengujian, pelacakan, dan analisis whole genome sequence (WGS) demi menekan penyebaran varian Omicron di dalam negeri.

Defirman menjelaskan, strategi yang dijalankan ini akan dapat mengidentifikasi secara cepat, dan kasus-kasus yang teridentifikasi benar-benar harus dikarantina secara ketat, dan mempertimbangkan penularan Omicron yang lebih cepat dari varian yang lainnya.

Dan Omicron masuk dalam VOC, tentu memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam menanganinya.

Selain itu Defirman menjelaskan lagi, jika semua tidak terduga, kedepannya kebijakan jangan seolah0olah mendesak dikarenakan tidak cepat dalam mendekteksi dan waspada secara dini.

Sumber: medcom.id

Baca Juga: