Server Kemenkes Bocor dari Internet, Data 6 Juta Pasien Dijual, Ini Dampaknya!

<b>lifepod.id</b> - Data enam juta pasien yang ada di server milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia diduga bocor dan dijual di forum online atau situs gelap Raid Forums.

Server Kemenkes Bocor dari Internet, Data 6 Juta Pasien Dijual, Ini Dampaknya!
Ilustrasi Serangan Hacker dari berbagai negara. FOTO/ IST
Server Kemenkes Bocor dari Internet, Data 6 Juta Pasien Dijual, Ini Dampaknya!

Kementerian Kesehatan sedang menelusuri dugaan data pasien yang berada di server mereka bocor.

Kami sedang melakukan ‘’assesment” permasalahan yang terjadi dan mengevaluasi sistem kami,” kata Chief Digital Transformation Officer, Kemenkes, Setiaji dalam pesan  singkat nya kepada ANTARA, Kamis (6/1).

Berdasarkan tautan yang beredar, dokumen tersebut diklaim sebagai informasi medis pasien Indonesia, total sebesar 720GB.

Peretas mengklaim data ini berasal dari “server terpusat Kementerian Kesehatan Indonesia” pada 28 Desember 2021.

Bahkan, untuk meyakinkan calon pembeli, peretas juga memberi sampel. Adapun data yang bocor meliputi hasil Xray scan, anamnesis atau data keluhan utama pasien, foto pasien, CT Scan, hasil tes antigen, surat persetujuan isolasi Covid-19 Hasil laboratorium, ID rujukan, hingga tes EKG Data yang bocor juga dilengkapi dengan identitas pribadi pasien —mulai dari alamat tempat tinggal, tanggal lahir, nomor ponsel, dan NIK.

 

Dampak negatif data rekam medis yang bocor

Alfons Tanujaya seorang pengamat keamanan internet dari Vaksin.com, mengatakan, data medis yang bocor bisa disalahgunakan dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi pemiliknya.

Alfons mencontohkan, jika pasien yang mengalami kebocoran data mengidap penyakit atau kondisi medis tertentu yang sifatnya rahasia, dan diketahui oleh publik akan mengakibatkan dirinya dijauhi bahkan diberhentikan dari pekerjaannya.

Selain itu, jika foto medis pasien yang tidak pantas dilihat lalu disebarkan, menurut Alfons hal itu akan memberikan dampak psikologis yang berat bagi pasien.

Ini hanya sedikit risiko sehubungan rekam medis yang boycott, dan tidak terhitung data pribadi seperti nomor telepon dan data kependudukan yang bocor dan jelas akan menjadi sasaran eksploitasi,” tutur Alfons.

Baca Juga :