Kasus COVID-19 Terus Naik, Muncul Usulan Lockdown Jawa-Madura-Bali

<b> Lifepod.id </b> - Penanggulangan COVID-19 dengan lockdown bila diterapkan secara efektif, dinilai mampu menekan angka penyebaran COVID-19.

Kasus COVID-19 Terus Naik, Muncul Usulan Lockdown Jawa-Madura-Bali

 

Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menilai pemerintah perlu mengkaji ulang opsi karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah tertentu.

“Di pulau Jawa ini, hal itu perlu disiapkan, PSBB atau karantina wilayah. Dalam hal ini pemerintah pusat dan provinsi melakukan skeanior dan persiapan pilihan dari opsi itu,” kata Dicky, dikutip dari CNNIndonesia, Minggu(20/06/2021).

Lockdown salah satu pilihan yang tepat ditengah penyebaran virus corona yang semakin pesat dalam minggu-minggu terakhir ini. Tak hanya itu, opsi ini bisa mengurangi beban fasilitas kesehatan.

“Kalau yang bermasalah se-Jawa, harus se-JAwa, atau setidaknya mayoritas daerah di Jawa, plus Bali dan Madura,” imbuhnya.

Sebagai tambahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lockdown ini perlu dilakukan minimal satu kali masa inkubasi virus atau sekitar satu bulan.

“Minimal itu satu kali masa inkubasi. Yang ideal secara umum, efektif untuk negara berkembang itu (sekitar) satu bulan untuk satu kali masa inkubasi. Ini tentu yang harus dipertimbangkan dan disiapkan,” jelasnya.

Sementara Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, justru meragukan pemerintah mau mengambil kebijakan lockdown atau PSBB. Keputusan ini dinilai sudah terlambat bila melihat keadaan saat ini.

Seharusnya PSBB terus dilakukan seperti ketika virus mulai menyebar, untuk terus menekan angka penyebaran. Namun, adanya ego sektoral membuat kebijakan ini terlupakan begitu saja.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang diinisiasi pemerintah pusat dinilai tidak efektif untuk menekan laju penyebaran virus.

“Kalau efektif kan sudah terbukti, kalau PSBB seperti DKI dulu efektif. Dalam UU Karantina itu nggak ada PPKM, adanya PSBB. Tapi gara-gara Gubernur DKI bikin PSBB tahun lalu. marahlah pemerintah pusat,” jelas Pandu.

Per Minggu (20/06), jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 1.989.909 kasus. Kuota di rumah sakit dan fasilitas kesehatan semakin penuh, tenaga kesehatan satu per satu tumbang, dan mereka kewalahan menangani pasien.

Tingkat keterisian rumah sakit di Pulau Jawa, berdasarkan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), sudah berada di atas ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia, yaitu 60 persen.

Di Jakarta sudah mencapai 84 persen, Jawa Barat 81 persen, Banten 79 pesen, Jawa Tengah 79 pesan, dan Yogyakarta 74 persen.


Kasus Harian di DKI Jakarta

Menurut data Satgas Penanganan COVID-19 per Minggu, kasus positif di DKI Jakarta terus mengalami kenaikan yang signifikan. Kasus positif telah mencapai 5.582 kasus sekaligus menjadikan ini rekor tertinggi selama Pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 lalu.

Kementerian Kesehatan mencatat, total kasus konfirmasi positif di Indonesia menembus 1.976.172 kasus. Bila terus terjadi pertambahan, bisa saja kasus positif COVID-19 menembus angka 2 juta dalam beberapa hari ke depan.

Provinsi DKI Jakarta menyumbang kasus tertinggi kasus harian sehinggas secara nasional tercatat 13.737 kasus.

 

Baca juga: Agustus, RI Akan Terima Vaksin Pfizer

Baca juga: Sudah Vaksin, Ratusan Nakes Terjangkit COVID-19