Tren Hustle Culture, Budaya Gila Kerja dan Dampaknya

<b>Lifepod.id</b> - Akhir-akhir ini, budaya Hustle Culture menjadi topik yang ramai untuk diperbincangkan. Budaya yang dimiliki seseorang harus bekerja terlalu keras dan minim istirahat untuk bisa sukses. Namun, sehatkah budaya ini bagi generasi Z ?

Tren Hustle Culture, Budaya Gila Kerja dan Dampaknya

Apa itu Hustle Culture ? 

Budaya Hustle Culture merupakan gaya hidup yang menuntut seseorang untuk bekerja kapanpun dan dimanapun. Gaya hidup ini berasumsi bahwa semakin mereka bekerja keras, semakin cepat mereka akan sukses. 

Kultur ini telah menjadi standar bagi banyak orang untuk mengukur tingkat produktivitas dan kinerja seseorang. Seseorang menganggap dirinya sukses ketika memiliki keuangan yang baik namun aspek lainnya terabaikan. Misalnya seperti kesehatan mental, kesehatan fisik ataupun hubungan dengan orang-orang terdekat.

Dampak Hustle Culture 

Budaya hustle culture memberikan dampak yang cukup negatif bagi masyarakat. Menormalisasikan untuk sukses dengan bekerja secara overtime hanya akan membuat permasalahan lainnya muncul. Budaya ini berdampak kepada  orang yang terbiasa melakukan terlalu banyak pekerjaan di suatu perusahaan atau institusi.

Dengan demikian, pekerja yang sedang lembur lama untuk bekerja hanya akan menurunkan tingkat kualitas dan produktivitas kerja. Hal ini tentu saja hanya akan menguntungkan pihak lain yaitu pemilik modal atau perusahaan dan merugikan salah satu pihak yaitu para pekerja dengan gaya hidup budaya hustle culture.

Fenomena ini sangat mengganggu life balance, karena tidak adanya keseimbangan dalam aspek kehidupan. Seringkali kita melihat orang lain merasa bangga karena dia bekerja hingga larut pagi dan hanya tidur 3-4 jam saja.

Belum lagi, dunia kerja saat ini mengalami perubahan dalam sistem pekerjaan, kondisi pandemi seperti ini mengharuskan orang untuk bekerja tanpa batas ruang dan waktu sehingga peluang burn out sangat besar terjadi. 

Bekerja keras tanpa henti dalam hustle culture meningkatkan risiko gangguan pada kesehatan mental. Beberapa masalah yang sering dialami yaitu gejala depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri (suicide).

Bagaimana cara agar tidak terjebak dalam hiruk pikuk Hustle Culture ?
Pertama, cobalah untuk menormalkan istirahat. Mengambil istirahat di tengah kehidupan Anda yang sibuk bukanlah suatu perbuatan dosa. Beristirahat berarti anda masih mencintai diri sendiri. 

Kedua, cobalah bekerja cerdas. Kerja keras memanglah tidak salah, tetapi kerja cerdas adalah jalan pintas. Mulailah dengan memanage waktu untuk bekerja dan mencapai goals anda.

Ketiga, adakan program kesehatan mental, berikan ide kepada perusahaan di zaman sekarang perlu adanya program kesehatan mental. Buat agenda bulanan di mana perusahaan mengundang psikolog untuk berbagi tentang pengetahuan cara menjaga kesehatan mental dan mengatasi kelelahan secara efektif. Baik karyawan maupun perusahaan memiliki peranan penting, keduanya harus saling bertukar pikiran dan saling mendengar. Komunikasi sangat penting.

Budaya hustle culture ini seperti dua sisi mata pisau. Keuntungannya adalah dapat membantu anda tetap termotivasi di tempat kerja. Namun budaya ini perlahan bisa membunuhmu, produktivitas adalah hal baik yang perlu dijaga. Lalu mengesampingkan privasi dan ketenangan, tentu tidak baik, jadi perlu bijaksana dalam menghadapinya.

Baca Juga : Buka Toko Terbesar di Indonesia, Adidas Tawarkan Koleksi Lengkap

Baca Juga : Unique! Kolaborasi Dear Me Beauty x KFC Hadirkan Skincare Genderless