Resesi Singapura Makin Parah, Apa Dampak Bagi Indonesia?

<b>Lifepod.id</b> - Perekonomian Singapura mengalami kontraksi hingga 42.9% secara quarter to quarter (qtq), pada kuartal kedua tahun 2020. Ini berarti resesi yang dialami Singapura kian memarah akibat pandemi COVID-19.

Resesi Singapura Makin Parah, Apa Dampak Bagi Indonesia?

 

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyampaikan resesi yang dialami Singapura juga berdampak pada Indonesia. Salah satu sektor yang berdampak pada Indonesia yaitu perdagangan dalam negeri. 

"Dari sisi perdagangan ini kan posisi Singapura terhadap kita kan salah satu kontributor negara tujuan impor maupun ekspor kita. Kalau tidak salah dia masuk lima besar baik ekspor maupun impor. Singapura resesi maka permintaan dalam negerinya menurun. Ekspor produk-produk kita otomatis trennya berkurang," katanya (12/08).

Meskipun dampak yang diberikan tidak terlalu besar, Tauhid mengatakan beberapa dampak resesi Singapura pada Indonesia.

Pertama, secara global ekspor dan impor Indonesia juga melemah 11-12% dalam kurun waktu Januari hingga Mei.

Kedua, dari sisi investasi Tauhid mengatakan, Indonesia berpotensi akan mengalami penurunan investasi karena Singapura adalah salah satu investor terbesar di Indonesia. Ini terjadi karena di saat seperti ini Singapura akan memilih untuk membangun negaranya terlebih dulu bukan negara yang lain.

"Ketiga dari sisi keuangan, bahkan Singapura pusat keuangannya di Asia Tenggara, jadi kalau Singapura tertekan, ekonomi turun, pasar keuangan turun otomatis paling tidak capital inflow ke kita juga agak sedikit terganggu," jelasnya.

Terakhir, dari sisi pariwisata. Singapura merupakan salah satu wisatawan terbesar di Indonesia terutama di daerah Kepulauan Riau dan Batam. Berdasar BPS kunjungan ke Indonesia turun hingga 80 persen. 

 

 

Baca Selengkapnya

"Sebagian industrinya dimiliki orang Singapura. Saya kira itu pengaruh yang ke Indonesia kalau Singapura resesi," jelasnya.

Indonesia akan merasakan dampak buruk lainnya jika negara mitra Indonesia mengalami resesi layaknya Singapura. 

"Saya kira akan banyak pengaruh kalau negara-negara lain selain Singapura yang mengalami resesi. Mitra dagangnya seperti Amerika, Jepang, Korea Selatan, Malaysia juga saya kira punya pengaruh ke kita. Jadi negara-negara mitra dagang kecuali China, itu patut menjadi perhatian (pemerintah)," jelasnya.

Saat ini perekonomian Indonesia minus 5.32%, dan menurutnya butuh energi besar agar kuartal III dan IV bisa tumbuh positif. Jika pemerintah gagal menangani COVID-19 maka pemulihan ekonomi akan semakin berat nantinya. 

"Kami masih berkeyakinan kuartal III akan tumbuh negatif. Resesinya sulit dihindari. Mungkin agar tidak terlalu dalam meskipun akan negatif, memang pemerintah harus mempercepat realisasi program yang sudah ada. Terutama PEN, untuk bansos," jelasnya.