Fakta Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Disebut Tak Balik Modal Sampai Kiamat

<b>Lifepod.id</b> - Setelah ramai kritik karena anggaran proyeknya yang membengkak, akhirnya proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung dilanjutkan dengan bantuan dari APBN.

Fakta Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Disebut Tak Balik Modal Sampai Kiamat

Kritik proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung ini juga datang dari ekonom Faisal Basri yang berpendapat jika proyek ini hanya akan menghabiskan uang rakyat tanpa berimbas pada manfaat optimal untuk masyarakat. Bahkan Faisal Basri berani berpendapat jika proyek ini akan sulit mendapatkan balik modal meskipun nantinya tiket Kereta Cepat Jakarta Bandung akan dijual dengan harga yang mahal.

“Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400.000 sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal,” kata Faisal dikutip Kamis (14/10/2021).

Pendapat Faisal ini lalu dibantah oleh Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga yang mengatakan jika pernyataan Faisal tidak berdasar dan subjektif.

Berikut fakta-fakta kereta cepat Jakarta Bandung saat hendak dibangun dengan rencana anggaran menggunakan dana BUMN sampai akhirnya dibantu dana APBN.

 1. Dimulai Sejak Tahun 2015

Kereta cepat Jakarta-Bandung ini sebenarnya telah dimulai pada tahun 2015 setahun setelah Presiden Jokowi menjabat.

Kereta Cepat ini merupakan salah satu proyek strategis nasional berdasarkan Perpres No. 3/2016. Dimulai dengan berdirinya PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China). PT KCIC berdiri berdasarkan akta No. 86 tanggal 16 Oktober 2015 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam Surat Nomor AHU-2461647 AH.01.01.11 Tahun 2015 tanggal 20 Oktober 2015.

2. Anggaran Membengkak

Pada proses perjalanannya, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ini mengalami pembengkakakn dari anggaran awal senilai Rp 86,5 triliun menjadi sebesar 8 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp114,24 triliun. Hal ini diketahui dalam rapat Komisi VI DPR dengan PT KAI, sebagai salah satu BUMN yang terlibat dalam proyek KCJB.

"Ada kenaikan kira-kira 1,9 miliar dollar Amerika Serikat dengan komposisi engineering, procurement and construction dan non EPC, 80 persen banding 20 persen” ujar Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya.

Pembengkakan anggaran ini kemudian menjadi sorotan oleh sejumlah tokoh politik termasuk Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron meminta proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diaudit. 

3. Akhirnya dibantu Biaya APBN

Karena terjadi pembengkakan biaya menjadi 114,24 trilun, akhirnya Presiden Jokowi menetapkan Peraturan Presiden Nomor 93 tahun 2021 tentang proyek kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Ada sejumlah revisi dalam Perpres tersebut, salah satunya proyek kereta cepat kini bisa didanai APBN. Pemerintah mengklaim pembangunan proyek kereta cepat ini sudah mencapai hingga 80 persen.
Menurut Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa langkah ini diambil karena BUMN yang menangani proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sedang memiliki masalah keuangan.

"Para pemegang sahamnya, seperti Wika (Wijaya Karya) itu terganggu cash flow-nya karena corona. Kita tahu, bahwa sekarang pembangunan-pembangunan BUMN Karya itu terhambat," ujar Arya dikutip Senin (11/10).

4. Disebut Tak Akan Balik Modal Sampai Kiamat

Faisal Basri menyebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu kebijakan infrastruktur yang hanya menghabiskan uang tapi tidak memiliki manfaat banyak untuk masyarakat.
Apalagi, sekarang proyek tersebut akan menggunakan duit rakyat lewat anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Menurut Faisal, Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan sulit balik modal meski menjual tiket dengan harga mahal. Hal itu ia sampaikan dalam webinar pada Rabu, (13/10/2021).
Baca Juga: Faisal Basri: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sampai Kiamat Tidak Balik Modal

5. Disebut Balik Modal Setelah 40 Tahun

Menyanggah pendapat dari Faisal Basri, Arya Sinulingga membantah hal tersebut karena dianggap tak berdasar. Menurut hitungan kasar Arya proyek ini akan balik modal setelah 40 tahun nanti.
"Coba aja cek deh di MRT, berapa tahun? Mirip-mirip, enggak akan jauh nanti dari situ, 40an tahun juga. Jadi kalau dikatakan sampai kapan pun akan rugi, itu konyol. Itu Faisal Basri sangat-sangat konyol," ujar Arya.

Baca Juga : 4 Faktor Pemicu Bengkaknya Anggaran Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hingga Rp 27 Triliun

Baca Juga : Perbandingan Kereta Cepat VS KA Argo Parahyangan Jakarta - Bandung